Kematian itu misteri, takdir yang tidak bisa diubah
bagaimanapun caranya karena sejatinya hanyalah nasib yang bisa manusia ubah
sedangkan takdir akan tetap berjalan seperti apa yang sudah tertulis dan
kematian ada supaya umat manusia bisa lebih meyakini Tuhannya, mendalami
agamanya, serta menguatkan imannya. Waktu, umur, gender, harta, jabatan, keadaan, semua tak dipandang karena
kematian akan datang kapanpun dimanapun baik dengan cara yang halus atau yang
tragis sekalipun.
Kematian itu pun telah menghampiri seorang anak lelaki
berumur sepuluh tahun. Anak lelaki dari sebuah keluarga sederhana. Anak lelaki
yang masih sangat polos seusianya, yang sangat pintar cara berpikirnya, yang
dipuji kehadirannya. Anak lelaki yang dijemput kematian melalui sebuah
penyakit. Penyakit yang tidak mungkin dapat diterima dengan umurnya yang masih
sangat belia dan sangat rapuh. Penyakit yang diam-diam menggorogoti kekebalan
tubuhnya perlahan-lahan tanpa dapat disadari dengan mata telanjang, tidak
terdeteksi bahkan oleh anak itu sendiri hingga penyakit itu menjadi sesuatu
yang ganas yang dapat membunuhnya kapanpun.
Penyakit itu bersarang tepat dibagian perut anak itu dan
penyakit itu diketahui bersarang pada tubuh anak itu pada saat penyakit itu
sudah menjadi sesuatu yang ganas. Kedua orang tua anak itu kesana-kemari,
keluar-masuk rumah sakit tak peduli seberapa besar biayanya hanya untuk mencari
pengobatan demi kesembuhan anak itu. Kedua adiknya pun dititipkan sementara
kepada sanak saudaranya agar orang tua anak itu bisa fokus terhadap kesembuhan
anak itu.
Siang dan malam kedua orang tuanya tidak berhenti
memanjatkan do’a-do’a, memohon, bersujud kepada Yang Maha Kuasa agar anak
mereka diberi kesembuhan. Tak terhitung lagi berapa banyak air mata yang mereka
keluarkan melihat anaknya terkulai tak berdaya dengan perut yang semakin
membuncit karena penyakit itu semakin mengganas setiap waktunya. Langkah
operasi diambil untuk mengangkat penyakit itu dari tubuh si anak tapi apa daya
semua itu sudah telat dilakukan karena penyakit itu sudah mulai menyebar ke
organ-organ penting dari tubuhnya. Tidak ada yang mampu menyembuhkan anak itu
kecuali kejaiban dan hanya peralatan rumah sakit lah yang dapat menopang
hidupnya hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya. Bagaikan petir di
siang bolong saat orang tuanya mengetahui bahwa anaknya telah tiada. Sedangkan
adik-adik kecilnya tidak mengerti apa yang dialami oleh sang kakak, yang mereka
tahu hanyalah sang kakak sedang tertidur. Salah satu adiknya yang perempuan
bertanya dengan polosnya “bu ade boleh cium mas engga bu?” , tetapi sang adik
lupa tidak mencium sang kakak karena saat itu sang kakak sedang dikhafani dan
sang adik dibawa pergi menjauh untuk beberapa saat hingga akhirnya dia
diantarkan ke peristirahatan terakhirnya.
Anak itu bernama Nur Fajar Fadar dan adik perempuannya yang
sedari tadi bertanya ada apa dengan sang kakak adalah Novi Dyah Cahyani yang
tidak lain adalah saya sendiri. Adik perempuan yang sampai saat ini menyesali
mengapa saat itu dia tidak mencium sang kakak disaat terakhir sebelum
dikuburkan. Adik perempuan yang sampai saat ini menyesali mengapa saat itu dia tidak mengerti
apa itu arti sebuah kematian sehingga dapat memanfaatkan waktu untuk
menghabiskan waktu bersama sang kakak. Adik perempuan yang sampai saat ini
terus mempertanyakan mengapa sang kakak pergi meninggalkan dia sedangkan dia
sangat teramat membutuhkan kehadirannya.
Semua itu hanya akan menjadi sebuah penyeselan seumur hidup,
penyesalan yang hanya akan menguras air mata, penyesalan yang tidak akan pernah
mengembalikan apa yang sudah menjadi takdir Tuhan.
“kak, ini aku adikmu.
Sering-sering lah datang meski hanya lewat mimpi untuk menjenguk adikmu.
Dengarkanlah cerita adikmu, keluh kesahnya, hapuslah air matanya, genggam
tangannya dan peluklah dia agar dia memiliki kekuatan seperti yang kau miliki
selagi engkau melawan penyakit ganas itu, penyakit yang mereka sebut sebagai
tumor ganas.
Kak aku ingin
menghabiskan waktu bersamamu seperti yang mereka (teman) lakukan dengan kakak
mereka. Aku merindukanmu kak, sungguh merindukan kehadiranmu.” :’) :’)
pas lagi ziarah ke makam mas nur :')
foto buat diliat kalo lagi kangen :')
ini age, adik yang laki-laki mas nur :')
ini ibu sama age lagi ngirim do'a buat mas nur :')
kematian emang gak bakal bisa diprediksi nov.
BalasHapusjadi selagi muda nyaiapin amal buat bekel ntar dari pada nyesel dikemudian hari.
yang ikhlas ya nov.
semoga kakak lu sekarang berada ditempat yang paling indah di sisi-Nya. :')
iya ko insyaAllah soalnya gue jg gatau gimana caranya ikhlas, kadang masih suka nyalahin dia yang pergi gitu aja tapi kalo dipikir itu takdir Allah yang gabisa ditawar :')
BalasHapusmakasih ya ko :')