Label

Senin, 11 Februari 2013

Menyesal


Ini cerita tentang seorang gadis yang kehidupannya bisa dibilang biasa saja atau flat lah. Dia beruntung memiliki sahabat yang sangat baik, care bahkan menangis saat dia pun menangis. Gadis itu bernama Lala yang saat ini kuliah disalah satu universitas swasta. Masalah cinta, Lala memiliki pacar yang dibilang cukup baik dan perhatian. Dia bertemu dengen belahan hatinya itu dikampus tempat dia menuntut ilmu saat ini.

Pertemuan yang gak disengaja itu membuat Lala jatuh cinta pada pandangan pertama (ciyee) dan semua terjalin begitu saja mengikuti alur begitu pula dengan hubungan mereka. Pacarnya bernama Riko dan dia pribadi yang baik, care sama teman baik laki-laki ataupun perempuan.

Beberapa bulan mereka menjalani hubungan Lala baru tau ternyata Riko sering berkomunikasi intens dengan teman perempuannya. Awal-awal mengetahui hal itu Lala marah besar, tapi perlahan dia mengerti setelah Riko menceritakan semuanya, ya walaupun rasa cemburu dan curiga masih sering menghantui pikiran Lala.
“Hai, La!” sapa salah satu temanya.

“Hai, juga Rin” sahut Lala.

“Lagi ngapain lo? Nungguin Riko balik” tanya temannya.

“Hehe iya Rin” jawab Lala.

“Masih aja lo, dibohongin terus juga betah amat!” skak temannya.

Lala merasa down dengan pernyataan temannya itu, tetapi Lala mencoba menenangkan pikiran dan hatinya lalu dia menjawab dengan tersenyum.
“Gue percaya kok Rin sama dia, ya walaupun gue masih sering cemburu atau marah tapi gue sayang dan yakin sama dia”

...

Pagi yang cerah di awal bulan yang katanya penuh cinta, yaitu Februari tapi tidak untuk Lala. Lala harus dikagetkan oleh hasil pemeriksaan dirinya yang menyatakan dia terkena kanker paru-paru dan itu alasan mengapa selama ini sering merasakan sesak nafas. Hancur sehancur-hancurnya hati Lala, karena saat itu dia juga mengetahui bahwa kedekatan pacarnya dengan teman perempuannya itu tetap berlanjut.

Lala selalu dibohongi oleh Riko kalau dia masih suka bertemu dengan teman perempuannya itu. Riko pun selalu menjelaskan dengan berbagai cara bahwa dia hanya ingin bersikap baik dengan temannya tapi tetap saja rasa sakit itu akan selalu ada.

“Aku tuh gak ada hubungan apa-apa sama dia dan aku pun ga punya perasaan apa-apa sama dia” Riko berusaha menjelaskan.

“Tapi kenapa kamu harus terus komunikasi dan ketemu sama dia?” tanya Lala.

“aku tuh cuma mau bersikap baik aja sama dia gak lebih!” jelas Riko lebih tegas.

Lala terdiam dia merasakan sesak, dadanya sakit seakan-akan ada belati yang menusuk tepat didadanya. Entah benar atau tidak yang dikatakan Riko tapi Lala berusaha menerima penjelasan Riko, meskipun resikonya dia harus menelan pahit-pahit kenyataan dan rasa sakit hatinya. Tanpa Riko ketahui Lala selalu menyimpan rasa sakit itu dalam-dalam dan menangis sejadinya saat dia sendiri.

Masalah penyakit kanker yang dia alami dia berusaha menyembunyikannya dari Riko bahkan dari orang tuanya sendiri. Dia hanya tidak ingin membuat orang yang dia sayangi bersedih karena penyakt itu. Lala diberitahu oleh dokter bahwa penyakitnya tidak memberikan dia peluang hidup yang panjang karena kanker sudah menyebar ke bagian tubuhnya yang lain.

Disaat-saat terakhir kehidupannya, Lala membuat surat pendek yang ditujukan untuk orang tua dan Riko pacarnya. Lala menaruh surat untuk orang tuanya sehari sebelum ia meninggal dimeja biasa dia mengerjakan tugas dan belajar.

“Ayah, Ibu, maafkan Lala atas semua kesalahan Lala. Maafkan jika Lala menyembunyikan semua ini dari kalian tapi itu semua Lala lakukan karena Lala tidak mau melihat kalian bersedih. Lala sayang sama Ayah sama Ibu, maaf kalo Lala belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian..”

Sedangkan surat untuk Riko ia titipkan pada sahabat yang sangat ia percaya dan diminta untuk diberikan pada saat pemakaman Lala.

“Sayang, maafkan aku karena telah menyembunyikan semuanya dari kamu. Aku sayang kamu dan aku tidak ingin melihat kesedihan diwajahmu. Aku mengikhlaskan semuanya, gak usah kamu pikirkan apa yang selama ini kita ributkan dan biarlah semua rasa sakit itu aku bawa pergi bersama diriku. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku yang tersisa bersamamu dengan senyum dan meninggalkan rasa bahagia dihatimu. Maafkan aku atas segalanya dan maaf jika aku belum bisa menjadi pacar yang baik untukmu, aku beruntung sempat memilikimu”

Tidak ada kata-kata yang terucap dari mulut Riko, hanya isakan tangis yang terdengar darinya. Riko menyesali segalanya, menyesali waktu yang sangat terbatas yang ia miliki bersama Lala. Seandainya saja ia tau tentang penyakit itu pasti sebisa mungkin ia akan melakukan apapun demi Lala, demi kebahagian terakhir Lala. Setelah lama menangis Riko mengangkat kepalanya dan memandangi makam Lala.

“La, kenapa kamu gak bilang sama aku? Kenapa kamu gak cerita sama aku? Paling engga kasih aku waktu buat memperbaiki semuanya, kasih aku waktu buat bikin kamu bahagia. Maafin aku La, maafin aku”

Riko menangis sejadinya disebelah makam Lala sambil memegang nisan dengan tulisan nama Lala...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar