Ini cerita tentang seorang gadis yang
kehidupannya bisa dibilang biasa saja atau
flat lah. Dia beruntung memiliki sahabat yang sangat baik, care bahkan
menangis saat dia pun menangis. Gadis itu bernama Lala yang saat ini kuliah
disalah satu universitas swasta. Masalah cinta, Lala memiliki pacar yang
dibilang cukup baik dan perhatian. Dia bertemu dengen belahan hatinya itu
dikampus tempat dia menuntut ilmu saat ini.
Pertemuan yang gak disengaja itu
membuat Lala jatuh cinta pada pandangan pertama (ciyee) dan semua terjalin
begitu saja mengikuti alur begitu pula dengan hubungan mereka. Pacarnya bernama
Riko dan dia pribadi yang baik, care sama teman baik laki-laki ataupun
perempuan.
Beberapa bulan mereka menjalani
hubungan Lala baru tau ternyata Riko sering berkomunikasi intens dengan teman perempuannya.
Awal-awal mengetahui hal itu Lala marah besar, tapi perlahan dia mengerti
setelah Riko menceritakan semuanya, ya walaupun rasa cemburu dan curiga masih
sering menghantui pikiran Lala.
“Hai, La!” sapa salah satu
temanya.
“Hai, juga Rin” sahut Lala.
“Lagi ngapain lo? Nungguin Riko
balik” tanya temannya.
“Hehe iya Rin” jawab Lala.
“Masih aja lo, dibohongin terus
juga betah amat!” skak temannya.
Lala merasa down dengan
pernyataan temannya itu, tetapi Lala mencoba menenangkan pikiran dan hatinya
lalu dia menjawab dengan tersenyum.
“Gue percaya kok Rin sama dia, ya
walaupun gue masih sering cemburu atau marah tapi gue sayang dan yakin sama
dia”
...
Pagi yang cerah di awal bulan
yang katanya penuh cinta, yaitu Februari tapi tidak untuk Lala. Lala harus
dikagetkan oleh hasil pemeriksaan dirinya yang menyatakan dia terkena kanker
paru-paru dan itu alasan mengapa selama ini sering merasakan sesak nafas.
Hancur sehancur-hancurnya hati Lala, karena saat itu dia juga mengetahui bahwa
kedekatan pacarnya dengan teman perempuannya itu tetap berlanjut.
Lala selalu dibohongi oleh Riko
kalau dia masih suka bertemu dengan teman perempuannya itu. Riko pun selalu
menjelaskan dengan berbagai cara bahwa dia hanya ingin bersikap baik dengan
temannya tapi tetap saja rasa sakit itu akan selalu ada.
“Aku tuh gak ada hubungan apa-apa
sama dia dan aku pun ga punya perasaan apa-apa sama dia” Riko berusaha
menjelaskan.
“Tapi kenapa kamu harus terus
komunikasi dan ketemu sama dia?” tanya Lala.
“aku tuh cuma mau bersikap baik
aja sama dia gak lebih!” jelas Riko lebih tegas.
Lala terdiam dia merasakan sesak,
dadanya sakit seakan-akan ada belati yang menusuk tepat didadanya. Entah benar
atau tidak yang dikatakan Riko tapi Lala berusaha menerima penjelasan Riko,
meskipun resikonya dia harus menelan pahit-pahit kenyataan dan rasa sakit
hatinya. Tanpa Riko ketahui Lala selalu menyimpan rasa sakit itu dalam-dalam
dan menangis sejadinya saat dia sendiri.
Masalah penyakit kanker yang dia
alami dia berusaha menyembunyikannya dari Riko bahkan dari orang tuanya
sendiri. Dia hanya tidak ingin membuat orang yang dia sayangi bersedih karena
penyakt itu. Lala diberitahu oleh dokter bahwa penyakitnya tidak memberikan dia
peluang hidup yang panjang karena kanker sudah menyebar ke bagian tubuhnya yang
lain.
Disaat-saat terakhir
kehidupannya, Lala membuat surat pendek yang ditujukan untuk orang tua dan Riko
pacarnya. Lala menaruh surat untuk orang tuanya sehari sebelum ia meninggal dimeja
biasa dia mengerjakan tugas dan belajar.
“Ayah, Ibu, maafkan Lala atas semua kesalahan Lala. Maafkan jika Lala
menyembunyikan semua ini dari kalian tapi itu semua Lala lakukan karena Lala
tidak mau melihat kalian bersedih. Lala sayang sama Ayah sama Ibu, maaf kalo
Lala belum bisa menjadi anak yang baik untuk kalian..”
Sedangkan surat untuk Riko ia
titipkan pada sahabat yang sangat ia percaya dan diminta untuk diberikan pada
saat pemakaman Lala.
“Sayang, maafkan aku karena telah menyembunyikan semuanya dari kamu.
Aku sayang kamu dan aku tidak ingin melihat kesedihan diwajahmu. Aku
mengikhlaskan semuanya, gak usah kamu pikirkan apa yang selama ini kita
ributkan dan biarlah semua rasa sakit itu aku bawa pergi bersama diriku. Aku
hanya ingin menghabiskan waktuku yang tersisa bersamamu dengan senyum dan
meninggalkan rasa bahagia dihatimu. Maafkan aku atas segalanya dan maaf jika
aku belum bisa menjadi pacar yang baik untukmu, aku beruntung sempat
memilikimu”
Tidak ada kata-kata yang terucap
dari mulut Riko, hanya isakan tangis yang terdengar darinya. Riko menyesali
segalanya, menyesali waktu yang sangat terbatas yang ia miliki bersama Lala.
Seandainya saja ia tau tentang penyakit itu pasti sebisa mungkin ia akan
melakukan apapun demi Lala, demi kebahagian terakhir Lala. Setelah lama menangis
Riko mengangkat kepalanya dan memandangi makam Lala.
“La, kenapa kamu gak bilang sama
aku? Kenapa kamu gak cerita sama aku? Paling engga kasih aku waktu buat
memperbaiki semuanya, kasih aku waktu buat bikin kamu bahagia. Maafin aku La,
maafin aku”
Riko menangis sejadinya disebelah
makam Lala sambil memegang nisan dengan tulisan nama Lala...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar