Label

Sabtu, 05 Januari 2013

Dunia maya bertolak dengan dunia nyata


Teknologi itu setiap harinya semakin maju, apalagi yang berhubungan dengan internet dan dunia maya. Semakin banyak orang-orang yang kehidupannya dihabiskan diseputar dunia maya (termasuk saya) dengan fasilitas yang menunjang. Mungkin dulu internet itu dipake cuma untuk cari informasi, bisa dibilang sumber informasi kedua setelah buku. Tapi sekarang internet bukan cuma buat cari informasi tapi juga bisa jadi tempat curhat, tempat kenalan, tempat berbagi, tempat pamer, tempat galau-galauan juga (nah siapa tuh :p).

Semua fasilitas ada, semua account sosial media yang dipinginin tersedia tinggal pilih aja mau yang mana. Mulai dari muka-buku (re: facebook), twitter, blog, plurk, koprol, yahoo messenger, dan masih banyak lagi. Ada juga account yang bisa tatap muka, contohnya skype. Semuanya komplit deh.

Nah dibagian ini yang terkadang bikin saya berpikir dan ternyata saya pun ngelakuin hal yang sama. Kita pasti suka dong posting tentang apa yang kita alamin, apa yang kita rasain, apa yang bikin kita kesel dan yang lainnya ke sosial media. Dari postingan-postingan itu kita bisa tau sisi lain seseorang yang kadang berbeda sama dunia nyata mereka. Saya pernah ngebahas masalah ini di mata kuliah saya, dimana dengan kemajan teknologi yang pesat manusia itu akan lebih cenderung peduli dengan apa yang mereka lakukan didunia maya dengan gadget mereka daripada sekeliling mereka yang nyata, tapi dalam konteks pemanfaatan yang salah tentunya.

Didunia maya atau sosial media ini saya mengenal siapa siapa saja yang menjadi teman atau follower yang ada di account saya, walaupun ga semuanya saya kenal ya. Dari postingan mereka dan karakter mereka yang saya kenal didunia nyata kadang ada yang berbeda. Mereka yang saya kenal pendiam didunia nyatanya atau ga banyak bicara lah, bisa sangat aktif saat berada disosial media. Ada juga mereka yang ceria atau kelihatan baik-baik aja di sosial media, tapi ternyata di kenyataannya mereka lagi sedih atau ga bersemangat ga seperti yang ada di sosial media (ya termasuk saya lagi).

Gatau dan ga ngerti kenapa bisa begitu, kenapa juga saya bisa seperti itu. Tapi yang saya pikirin itu cuma satu, sosial media itu ada buat cari hiburan. Oke kita sedih, bete, kesel atau bisa disebut galau lah ya, tapi bukan berarti itu bikin kita galau juga kan di sosial media? Iya bukan.

Pendiam atau ga banyak ngomong juga bukan berarti mereka orang yang gatau apa apa, tapi bisa jadi diamnya mereka itu diam yang memperhatikan tapi bisa jadi juga karena mereka ga pede. Nah mungkin di sosial media itu mereka lebih ngerasa nyaman ngomong atau lebih ngerasa pede buat meng-explore diri mereka.

2 komentar:

  1. Bagi gue socmed itu semacam sarana meluangkan pendapat, perspektif yang sangat sulit diungkap dalam kehidupan nyata.
    Tapi ke depannya gue pengen juga ngeaplikasiin apa apa yang gue umbar di socmed atau pun blog (blog tidak sama dengan socmed), supaya ga asal ngemeng eh asal nulis doang.

    BalasHapus
  2. hhm iya cep, persepsi orang kan beda beda.
    bener juga tuh jadi kita juga ngelakuin apa yang kita tulis biar jadinya imbang apa yang diucapin sama apa yang dilakuin.

    BalasHapus