Teknologi itu setiap harinya semakin maju, apalagi yang
berhubungan dengan internet dan dunia maya. Semakin banyak orang-orang yang
kehidupannya dihabiskan diseputar dunia maya (termasuk saya) dengan fasilitas
yang menunjang. Mungkin dulu internet itu dipake cuma untuk cari informasi,
bisa dibilang sumber informasi kedua setelah buku. Tapi sekarang internet bukan
cuma buat cari informasi tapi juga bisa jadi tempat curhat, tempat kenalan,
tempat berbagi, tempat pamer, tempat galau-galauan juga (nah siapa tuh :p).
Semua fasilitas ada, semua account sosial media yang
dipinginin tersedia tinggal pilih aja mau yang mana. Mulai dari muka-buku
(re: facebook), twitter, blog, plurk, koprol, yahoo messenger, dan masih banyak
lagi. Ada juga account yang bisa tatap muka, contohnya skype. Semuanya komplit
deh.
Nah dibagian ini yang terkadang bikin saya berpikir dan
ternyata saya pun ngelakuin hal yang sama. Kita pasti suka dong posting tentang
apa yang kita alamin, apa yang kita rasain, apa yang bikin kita kesel dan yang
lainnya ke sosial media. Dari postingan-postingan itu kita bisa tau sisi lain
seseorang yang kadang berbeda sama dunia nyata mereka. Saya pernah ngebahas masalah ini di mata kuliah saya, dimana dengan kemajan teknologi yang pesat manusia itu
akan lebih cenderung peduli dengan apa yang mereka lakukan didunia maya dengan gadget mereka daripada sekeliling mereka yang nyata, tapi dalam konteks pemanfaatan yang
salah tentunya.
Didunia maya atau sosial media ini saya mengenal siapa siapa
saja yang menjadi teman atau follower yang ada di account saya, walaupun ga
semuanya saya kenal ya. Dari postingan mereka dan karakter mereka yang saya
kenal didunia nyata kadang ada yang berbeda. Mereka yang saya kenal pendiam
didunia nyatanya atau ga banyak bicara lah, bisa sangat aktif saat berada
disosial media. Ada juga mereka yang ceria atau kelihatan baik-baik aja di
sosial media, tapi ternyata di kenyataannya mereka lagi sedih atau ga
bersemangat ga seperti yang ada di sosial media (ya termasuk saya lagi).
Gatau dan ga ngerti kenapa bisa begitu, kenapa juga saya
bisa seperti itu. Tapi yang saya pikirin itu cuma satu, sosial media itu ada
buat cari hiburan. Oke kita sedih, bete, kesel atau bisa disebut galau lah ya,
tapi bukan berarti itu bikin kita galau juga kan di sosial media? Iya bukan.
Pendiam atau ga banyak ngomong juga bukan berarti mereka
orang yang gatau apa apa, tapi bisa jadi diamnya mereka itu diam yang
memperhatikan tapi bisa jadi juga karena mereka ga pede. Nah mungkin di sosial
media itu mereka lebih ngerasa nyaman ngomong atau lebih ngerasa pede buat
meng-explore diri mereka.
Bagi gue socmed itu semacam sarana meluangkan pendapat, perspektif yang sangat sulit diungkap dalam kehidupan nyata.
BalasHapusTapi ke depannya gue pengen juga ngeaplikasiin apa apa yang gue umbar di socmed atau pun blog (blog tidak sama dengan socmed), supaya ga asal ngemeng eh asal nulis doang.
hhm iya cep, persepsi orang kan beda beda.
BalasHapusbener juga tuh jadi kita juga ngelakuin apa yang kita tulis biar jadinya imbang apa yang diucapin sama apa yang dilakuin.